Friday, September 26, 2014

Dongeng dari Korea





PUTRI JINKYO DAN PANGERAN GYONWOO

Oleh Endang Firdaus

Di Negeri Bintang, hanya Putri Jinkyo yang bisa menenun kain. Setiap hari ia rajin menenun kain indah di kamarnya. Ayahnya, Raja Negeri Bintang, amat bangga dengan hasil karyanya itu.
Suatu hari, Raja memanggil Putri Jinkyo untuk dijodohkan dengan Pangeran Gyonwoo. Pangeran Gyonwoo adalah putra raja negeri tetangga. Ia pemuda gagah dan tampan. Putri Jinkyo tak menolak perjodohan itu. Sebab, diam-diam ia telah jatuh hati pada pemuda itu.
Pesta pernikahan meriah diadakan. Penduduk diundang. Semua kagum akan kecantikan Putri Jinkyo dan ketampanan Pangeran Gyonwoo. Sebagai hadiah pernikahan, Raja membangun istana mungil di sebelah istananya. Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo tinggal bahagia di situ. Untuk menghibur hati, Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo lalu sering berjalan-jalan dengan menunggang sapi mengelilingi taman dan tempat-tempat indah lainnya. Namun hal itu akhirnya membuat keduanya melupakan pekerjaan mereka.
Raja amat marah. Tetapi ia berusaha untuk memaklumi pasangan pengantin baru itu. Ia berharap mereka akan segera mengakhiri masa bersenang-senang mereka. Namun, setelah lama ditunggu, mereka belum juga menghentikan hal itu. Penuh kesal Raja berkata pada Putri Jinkyo, “Putriku, buatkan kain untuk Ayah. Kerjakan dengan cepat. Tak boleh lebih dari satu hari!”
Dengan terpaksa Putri Jinkyo melakukan itu, meski ia ingin sekali bermain dengan Pangeran Gyonwoo yang telah menunggunya dengan sapi kesayangan mereka di luar istana. Bujuk Pangeran Gyonwoo, “Istriku, kau sudah bersuami. Tidak pantas lagi menenun kain untuk ayahmu, kecuali aku menyuruhmu. Berikan saja tugas itu pada dayang-dayang!”
Putri Jinkyo menuruti ucapan Pangeran Gyonwoo. Ia meninggalkan tugasnya begitu saja. Raja marah sekali mengetahui itu. Ia lalu menjatuhkan hukuman pada mereka. Mereka dipisahkan. Pangeran Gyonwoo tinggal di bagian timur, dan Putri Jinkyo di barat.
Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo amat sedih dan kesepian. Raja kemudian memberi keringanan hukuman. Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo diperbolehkan bertemu sekali dalam setahun saat Imlek, di seberang Sungai Bimasakti yang memisahkan keduanya. Tetapi Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo bertambah sedih karena hanya bisa saling pandang dari kejauhan. Mereka tak bisa berdekatan karena tak ada jembatan untuk menyeberangi Sungai Bimasakti. Mereka menangis. Tangis mereka menjadi hujan lebat. Akibatnya di bumi terjadi banjir besar. Korban berjatuhan. Rumah dan hutan hancur diterjang air bah.
Penduduk bumi panik ketakutan. Para petapa lalu mengadakan pertemuan untuk mencari jalan keluar. Mereka kemudian membujuk Raja Negeri Bintang agar mempertemukan Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo kembali. Raja Negeri Bintang mengirim burung magpie dan burung gagak untuk mempertemukan mereka. Itu sebabnya, setelah Imlek burung-burung magpie dan gagak menjadi putih. Bulu-bulu mereka rontok terinjak Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo. Dan sejak itu, setiap Imlek sering turun hujan rintik-rintik. Itu tangisan gembira Putri Jinkyo dan Pangeran Gyonwoo yang dapat bersatu kembali.

No comments:

Post a Comment