Sunday, April 6, 2014

Kisah Nyata

MALAM YANG MENCEKAM

Oleh Endang Firdaus

Di daerah perbukitan sebelah barat daya Mississippi udara senja bulan Oktober begitu dingin. Musim dingin yang datang lebih cepat membuat pemandangan di sekitar Gunung Hewitt amat menakjubkan. Pak Roger U. Lewis dan Pak Joey Deak menatap lepas ke arah rawa-rawa yang ada di bawah bukit. Mereka lalu melihat ke arah pohon-pohon jagung, yang berbaris di sepanjang tepi Sungai Homochitto. Keduanya berada di daerah itu untuk berburu rusa ekor putih. Sebuah tempat bermalam sederhana telah mereka buat di bawah pohon ek.
Selesai makan malam, mereka pergi tidur. Ketika beberapa buah ek berjatuhan, Pak Joey telah tertidur. Namun, Pak Roger belum dapat memejamkan mata. Ia mencoba untuk tidak mendengar suara dengkuran Pak Joey dan suara-suara burung hantu. Dan tidak berapa lama, ia pun tertidur, bermimpi tentang rusa ekor putih, yang tengah melompat gembira di sebuah jalan kecil.
Tiba-tiba Pak Roger terjaga. Ia merasa ada bahaya yang bakal menimpanya. Ia memiringkan badan dengan kepala bertumpu pada sebelah tangan, memikirkan hal-hal yang mungkin akan terjadi. Kemudian sebuah benda yang dingin menyelinap ke punggungnya. Benda yang memiliki permukaan kasar itu pelan-pelan meluncur ke pergelangan kaki. Jantung Pak Roger bergerak cepat dan tubuhnya terasa kaku mendadak.
Ular berbisa! Seketika terlintas di benaknya. Ia teringat dengan dongeng kuno mengenai binatang yang mematikan itu yang mendiami daerah Franklin. Binatang semacam itu adakalanya mempunyai bisa yang dapat membawa maut. Pak Roger tetap saja berbaring dan berusaha tenang sewaktu ular itu berputar. Ia menahan napas. Dan dengan perasaan amat cemas ia mencoba menghilangkan rasa takut, yang mungkin akan merangsang si ular untuk menyerang.
Perlahan ular itu bergerak ke arah paha. Pak Roger merasakan perutnya amat sakit. Butir-butir keringat menetes menuruni dahinya. Ia berdua kepada Tuhan agar memberikan keselamatan pada dirinya dan memohon pengampunan. Bayang-bayang tentang keluarganya melintas di depan matanya. Gerakan maju, yang perlahan dan menggelitik, tiba-tiba berhenti. Si ular diam.
Tak sebuah otot pun yang mengejang ketika Pak Roger mencari cara untuk terlepas dari bahaya. Ia baru saja memutuskan untuk keluar dari kantung tidur, saat si ular bergerak perlahan ke arah pinggul dan kemudian berhenti.
Tak ada gerakan yang dibuat ular itu maupun Pak Roger. Keduanya diam. Pak Roger merasakan lidahnya kelu dan ingin sekali menarik napas yang panjang dan dalam. Kemudian, gerakan menggelitik berdesir di perutnya, ketika si ular mulai membuat gerakan lagi. “Ya, Tuhan, selamatkanlah hambaMu,” doa Pak Roger berkali-kali. Ia berbaring kaku. Jantungnya berdetak kencang sekali.
Perasaan yang menggelitik berlanjut waktu ular itu bergerak ke dada. Tak lama, kepalanya menyentuh janggut, meraba-raba pelipis dan sisi kepala Pak Roger.
Akhirnya, gerakan ular itu berakhir. Pak Roger mendengar suara mendesis yang menjauh. Lalu didengarnya suara lembut gemerisik dedaunan. Ia tetap tegang dan diam seperti mayat, tak tahu berapa jauh sudah si ular pergi.
Ketika fajar muncul, Pak Joey bangun dari tidurnya. Segera ia membangunkan Pak Roger. “Hai, bangun cepat! Lihat, hari telah terang!”
Pak Roger bangkit dan tiba-tiba, “Ular!”
“Apa?” tanya Pak Joey. “Di sini tidak ada ular.”
Pak Roger, yang masih dicekam perasaan takut, mencari-cari ular itu. Setelah itu ia membuka kantung tidur yang basah oleh keringat. Sambil menggigil dekat perapian ia menceritakan apa yang telah dialaminya pada Pak Joey.
“Ah, kau pasti bermimpi buruk,” tukas Pak Joey tertawa.
Pak Roger sadar kalau keterangan lebih lanjut tentang pengalamannya yang menakutkan itu akan sia-sia. Pak Joey, tetap tidak akan percaya. Maka diam-diam ia memanjatkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Yang Maha Kuasa. Karena telah menyelamatkan dirinya dari bahaya yang hampir merenggut jiwanya. “Terima kasih, Tuhan,” ucapnya berulang-ulang.
Perburuan yang mereka lakukan di pagi itu, dilakukan Pak Roger tanpa semangat. Kejadian tadi malam telah membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.

No comments:

Post a Comment