PANGLIMA SEKUNCA
Oleh Endang Firdaus
Di Tamiang Aceh, dulu, ada sebuah kerajaan. Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja nan bijak. Raja telah menikah lama dengan permaisurinya, namun belum juga dikaruniai anak.
Suatu hari, Raja berkata pada Permaisuri, “Kalau saja Yang Mahakuasa memberi kita seorang putri, aku akan memberikannya pada Raja Gajah.” Tak lama setelah itu, Permaisuri mengandung dan melahirkan seorang bayi perempuan cantik. Raja amat menyayangi putrinya itu dan lupa akan janjinya.
Saat sang Putri berumur empat puluh empat hari, Raja mengadakan pesta untuknya. Di penghujung acara, tiba-tiba segerombolan gajah datang dan membawa pergi sang Putri.
Permaisuri sangat sedih dengan kejadian itu. Raja memerintahkan pasukannya melakukan pencarian. Hutan-hutan mereka masuki. Namun, sang Putri tak juga ditemukan.
Tujuh belas tahun berlalu. Raja akhirnya membuat sayembara. Isinya: Yang dapat menemukan sang Putri dan dapat membawanya pulang dengan selamat dari tangan Raja Gajah akan dijadikan sebagai suaminya dan akan diangkat menjadi raja baru menggantikannya.
Para ksatria mencoba mengikuti sayembara itu, tetapi tak seorang pun berhasil. Suatu hari, Panglima Sekunca dan seorang pemuda tampan memasuki hutan untuk mencari sang Putri.
Panglima Sekunca yang hebat dan tangguh sangat memandang rendah pada si Pemuda. “Anak muda, berani sekali kau ikut sayembara ini. Apakah kau mampu melawan Raja Gajah?”
“Saya akan mencobanya,” sahut si Pemuda.
Mereka terus memasuki hutan. Mereka kemudian menemukan banyak pohon tumbang dan melihat segerombolan gajah. Di tengah para gajah, tampak sang Putri. Ucap si Pemuda, “Panglima Sekunca, mari kita lawan gajah-gajah itu untuk mendapatkan sang Putri.”
Tetapi Panglima Sekunca ketakutan. Ia lalu kabur. Dengan gagah berani, si Pemuda lalu bertempur dengan gajah-gajah itu. Dengan pedangnya, ia akhirnya dapat membunuh mereka.
Si Pemuda membawa pulang sang Putri ke istana. Namun, sebelum mereka sampai di istana, Panglima Sekunca tiba-tiba muncul dan menyerang si Pemuda, lalu melemparkannya ke dalam sebuah sumur. Panglima Sekunca kemudian membawa pulang sang Putri ke istana. Diceritakannya pada Raja bahwa si Pemuda telah mati dan ia sendiri telah berkelahi mati-matian dengan para gajah. Sang Putri menceritakan kejadian yang sebenarnya, namun tidak seorang pun percaya padanya. Raja kemudian menyiapkan sebuah pesta pernikahan yang sangat meriah dan mewah untuk Panglima Sekunca dan putrinya.
Di hari pernikahan, tiba-tiba si Pemuda muncul. Ia lalu bercerita bahwa ialah yang telah menyelamatkan sang Putri. Katanya Panglima Sekunca telah mencoba untuk membunuhnya.
Untuk membuktikan siapa yang paling hebat, Raja lalu menyuruh Panglima Sekunca dan si Pemuda berkelahi. Setelah tiga hari tiga malam, si Pemuda akhirnya dapat memenangkan perkelahian itu. Ia lalu menikah dengan sang Putri dan hidup penuh bahagia.
No comments:
Post a Comment