RAHASIA SILUMAN KERDIL
Oleh Endang Firdaus
Utama dan Adigung bersahabat. Utama seorang yang baik budi, sabar, dan senang beramal. Sementara Adigung tamak, rakus, dan suka mementingkan diri sendiri. Suatu hari, mereka pergi menuju Negeri Alas Kencana, untuk menuntut ilmu dan mencari pengalaman. Utama membawa bekal uang sepuluh keping. Adigung hanya membawa lima keping.
“Kau saja yang menyimpan semua uang,” ucap Utama pada Adigung. “Kita gunakan bersama.”
Di perjalanan, Utama dan Adigung selalu beristirahat di kedai makan ketika lapar dan haus. Uang mereka kian berkurang. Suatu saat, Utama mengajak Adigung singgah lagi di kedai makan karena perutnya lapar. Namun, penuh kasar, Adigung berkata, “Kau di luar saja, Utama! Kau sudah tidak punya uang lagi untuk membeli makanan dan minuman!”
Utama kaget. Tukasnya, “Bukankah uang yang ada padamu masih cukup untuk membayar makan dan minum kita?”
“Uang ini tinggal lima keping! Ini uangku! Uangmu yang sepuluh keping sudah habis!”
“Uang itu kan untuk membayar makan kita?”
Adigung tak mempedulikan Utama. Ia makan dan minum dengan rakus, tak menghiraukan Utama yang lapar dan haus di luar kedai. Setelah kenyang, Adigung melanjutkan perjalanan. Utama yang berjalan lunglai di belakangnya tak henti-henti dimarahinya.
“Cepat jalannya! Kayak siput saja, kau!”
“Adigung, aku tak kuat lagi! Aku lemas sekali! Belikan aku makanan dan minuman! Aku sangat lapar dan haus! Aku bisa mati kalau tidak segera makan dan minum!”
Adigung menghentikan langkahnya. Ia diam berpikir. Tersenyum licik ia lalu berkata, “Kau kubelikan makanan dan minuman, jika kau mau menukarnya dengan mata kananmu!”
Utama tersentak kaget. Berat sekali yang diminta Adigung. Tetapi, demi kelangsungan hidupnya, ia pun merelakan mata kanannya dikorbankan. Tiga hari kemudian, Utama kembali kelaparan dan kehausan. Adigung meminta mata Utama yang tinggal sebelah untuk ditukar dengan sebungkus nasi dan minum. Maka kemudian Utama menjadi buta. Adigung sangat senang sekali melihat itu. Ketika mereka melewati sebuah sumur tua, dengan sangat kejam, ia mendorong Utama hingga terperosok ke dalam sumur itu.
Yang Mahakuasa masih melindungi Utama. Ia jatuh ke dalam sumur kering dan bertanah lembek. Di dalam sumur ada lorong menuju ke sebuah gua, tempat kerajaan siluman kerdil. Utama merangkak ke sana. Di mulut gua, ia mendengar pembicaraan raja dan ratu siluman. Ia akhirnya mengetahui rahasia menyembuhkan matanya yang buta, yaitu dengan ramuan daun singawereng. Ia juga mengetahui rahasia agar selalu menang dalam berperang.
Seorang petani akhirnya menolong Utama keluar dari sumur itu. Utama mengucapkan terima kasih. Ia lalu mencari daun singawereng untuk menyembuhkan matanya. Usai itu dilanjutkannya perjalanan menuju Negeri Alas Kencana. Di negeri itu tengah ada sayembara. Isi sayembara itu: Yang dapat menyembuhkan putri raja dari kebutaan, bila laki-laki akan dijadikan suami dan bila perempuan akan dijadikan sebagai saudara.
Utama mengikuti sayembara itu. Dengan ramuan daun singawereng, ia berhasil menyembuhkan sang Putri. Ia lalu menikah dengannya dan diangkat sebagai putra makota. Negeri Alas Kencana kemudian mengalami banyak kemajuan. Pasukan siluman kerdil yang sering mengganggu penduduk berhasil ditumpas, berkat Utama yang telah mengetahui rahasia agar selalu menang dalam berperang. Lalu, harta karun siluman kerdil dikuasai Alas Kencana.
Utama akhirnya diangkat menjadi raja. Adigung yang kerjanya hanya berjudi dan berkumpul dengan orang-orang jahat mendengar itu. Gumamnya, “Aku akan menemui Utama. Aku akan meminta uang padanya.” Ia pun menemui Utama dan mendapat uang banyak. Tetapi, uang itu dihabiskannya di meja judi. Ia lalu kembali menemui Utama. Ia ingin tahu bagaimana Utama bisa menjadi raja. Utama menceritakan yang telah dialaminya.
Adigung cepat pergi ke sumur tua. Ia melompat ke dalamnya. Namun, begitu kakinya menginjak dasar sumur, para prajurit kerajaan siluman kerdil di dalam sumur itu meringkusnya. Mereka membunuhnya, karena menyangka Adigung telah mencuri rahasia mereka.
No comments:
Post a Comment