TURPIE DAN DEMIT
Oleh Endang Firdaus
Suatu ketika, hiduplah seorang lelaki tua dengan istrinya. Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil, dan mempunyai seekor anjing bernama Turpie.
Di sebuah hutan, tidak jauh dari gubuk mereka, hidup sekelompok demit bertubuh kerdil. Setiap malam, para demit itu datang ke gubuk suami istri tersebut, dan berseru, “Ayo, kita dobrak gubuk itu! Bawa si lelaki tua dan makan si perempuan tua!” Namun Turpie selalu mendengar kedatangan mereka. Ia lalu menyalak keras, membuat mereka ketakutan dan pergi dari tempat itu.
Si lelaki tua dan istrinya tidak tahu mengenai para demit itu, karena Turpie selalu mengusir mereka. Namun suatu malam, lelaki tua itu terbangun dari tidurnya dan berkata, “Turpie menyalak begitu keras sehingga aku tidak dapat tidur lelap. Besok pagi aku akan melepas ekornya.”
Di pagi hari lelaki tua itu melakukan niatnya. Ia melepas ekor Turpie. Malamnya saat lelaki tua itu dan istrinya sedang tidur, para demit kembali datang. Mereka berseru, “Ayo, kita dobrak gubuk itu! Bawa si lelaki tua! Makan si perempuan tua!” Kali ini pun Turpie mendengar kedatangan mereka. Ia menyalak beberapa kali sampai mereka pergi.
Namun lelaki tua itu terbangun dan berkata, “Turpie begitu keras menyalak, membuatku tidak dapat tidur. Besok pagi aku akan melepas kakinya.” Maka keesokan paginya, lelaki tua itu melepas kaki-kaki Turpie.
Di malam hari ketika si lelaki tua dan istrinya sedang tidur, para demit kembali mendatangi gubuk mereka sambil berseru, “Ayo, kita dobrak gubuk itu! Bawa si lelaki tua dan makan si perempuan tua!”
Namun Turpie mendengar kedatangan demit-demit itu. Ia menyalak keras, hingga mereka meninggalkan tempat itu.
Namun kembali si lelaki tua terbangun dan katanya, “Turpie masih juga menyalak dengan keras, sampai aku tidak dapat tidur. Besok pagi aku akan melepas kepalanya.”
Keesokan pagi lelaki tua itu pun melepas kepala Turpie. Malam harinya ketika si lelaki tua dan istrinya sedang tidur, kembali para demit datang. Mereka berseru, “Ayo, kita dobrak gubuk itu! Bawa si lelaki tua dan makan si perempuan tua!” Dan Turpie mendengar kedatangan mereka, namun si lelaki tua telah melepas kepalanya. Kini, Turpie tidak dapat lagi menyalak untuk menakuti mereka.
Para demit segera mendobrak pintu gubuk. Mereka tak membawa si lelaki tua karena ia bersembunyi di bawah meja dapur dan mereka tidak dapat menemukannya. Namun mereka membawa si perempuan tua ke tempat tinggal mereka dan memasukkannya ke sebuah keranjang, lalu menggantungkannya di palang pintu.
Sewaktu si lelaki tua mengetahui para demit telah membawa istrinya, ia sangat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan. Kini ia tahu mengapa Turpie menyalak setiap malam. “Aku manusia yang bodoh,” ucapnya. “Sekarang aku akan memasang kembali bagian-bagian tubuh Turpie yang telah kulepas waktu itu.” Ia lalu keluar rumah dan memasang semua bagian tubuh Turpie dengan benar.
Kemudian Turpie berlari mencari si perempuan tua. Ia terus berlari hingga tiba di tempat para demit. Ternyata, para demit tidak ada di tempat itu, namun si perempuan tua ditinggalkan menggantung di palang pintu. Turpie menggigit tali dengan giginya yang tajam. Keranjang pun jatuh, dan Turpie membukanya sehingga si perempuan tua dapat keluar. Perempuan tua itu kemudian berlari pulang menemui suaminya. Dan keduanya sangat gembira.
Namun Turpie masuk ke keranjang dan berbaring di tempat itu, menunggu para demit pulang. Tidak berapa lama, mereka datang. Mereka menusuk keranjang dengan jari mereka yang tajam dan panjang. Mereka mengira si perempuan tua masih ada di dalam keranjang. Namun tiba-tiba keluarlah Turpie sambil menyalak-nyalak, membuat mereka semua lari ketakutan. Begitu jauh mereka berlari dan tidak pernah kembali lagi. Dan sejak itu, si lelaki tua dan istrinya hidup tenang. Kini, mereka dapat tidur nyenyak, karena Turpie tidak lagi menyalak keras di malam hari.
No comments:
Post a Comment