Friday, November 7, 2014

Dongeng dari Yunani

RAKSASA DI GUA SEPI

Oleh Endang Firdaus

Sudah seminggu Odisus dan orang-orangnya terapung di lautan. Mereka adalah orang-orang Yunani. Odisus seorang pangeran. Ia dan orang-orangnya itu sedang dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan perjalanan dagang di kota Troya. Persediaan air sudah habis. Begitu pula makanan. Kalau tak segera menemukan daratan, mereka semua akan mati.
“Lihat! Itu daratan!” seru salah seorang anak buah Odisus.
“Ya, ya, benar! Horeee! Kita akan makan dan minum sepuasnya!!” seru yang lain penuh suka cita.
“Tak ada rumah di sini,” cetus orang-orang itu ketika menginjakkan kaki di pulau itu.
“Ya,” ucap Odisus. “Tapi lihat, di sana ada gua yang besar. Semoga ada penghuninya. Semoga pula orang itu mau menjual makanan pada kita, atau mau menukarnya dengan anggur yang kita bawa.”
Memang gua itu tampaknya ada penghuninya. Sebab ada pagar yang sangat kokoh di jalan masuknya.
Orang-orang itu cepat menuju gua itu.
“Permisi!” Odisus memberi salam.
Tak ada jawaban.
“Permisi!”
Tetap tak ada jawaban.
“Permisi!”
Masih juga tak ada jawaban.
“Tak ada orangnya barangkali. Yuk, masuk saja,” ucap Odisus pada orang-orangnya.
Orang-orang itu pun memasuki gua. Di dalam gua itu agak gelap, namun amat bersih dan rapi.
“Tak ada orangnya,” cetus salah seorang.
“Ya,” timpal Odisus, “tapi gua ini ada penghuninya. Lihat bahan makanan di pojok sana. Ada ember berisi keju dan susu. Dan itu sepertinya kandang ternak. Mari kita tunggu penghuni gua ini.”
Orang-orang itu menunggu dengan tidak sabar, sebab perut mereka sudah amat lapar. Meski begitu, Odisus tak mengizinkan anak buahnya mengambil makanan yang ada di dalam gua itu tanpa seizin pemiliknya. Namun mereka bisa minum sepuasnya dari sumur yang ada di dekat gua itu.
“Wah, lama sekali penghuni gua ini datangnya,” kata salah seorang.
“Mungkin ia sudah mati dimakan binatang buas,” ucap yang lain.
“Hei, sepertinya ada gempa bumi!”
Orang-orang itu mendengarkan.
“Lho, seperti suara sapi?”
“Tapi langkah-langkah itu? Seperti gempa bumi!”
“Mungkin langkah raksasa!”
Tiba-tiba, satu raksasa telah berdiri di pintu gua. Raksasa itu bermata satu. Mata itu terletak di tengah-tengah dahinya.
“Hiii! Seram!” ucap orang-orang itu penuh takut.
“Hmh! Siapa kalian?” tanya raksasa itu. Suaranya sangat keras. “Berani sekali kalian memasuki guaku?”
“Kami orang-orang Yunani. Kami sedang dalam perjalanan pulang. Kami kehabisan persediaan makanan dan minuman. Kami bermaksud menukar anggur yang kami bawa dengan makanan untuk bekal kami di jalan,” jawab Odisus dengan tubuh gemetar.
“Hohoho! Aku tidak perlu anggur! Aku akan menyantap kalian satu per satu besok!”
Raksasa itu menghalau sapi-sapinya masuk ke dalam gua. Ia lalu duduk di pintu gua, agar orang-orang itu tak bisa keluar.
Odisus segera mencari cara untuk bisa lepas dari raksasa itu. Tak jauh dari tempatnya berada dilihatnya ada sebuah tombak runcing. Odisus tersenyum. Ia lalu menghampiri si Raksasa. “Kami membawa anggur yang lezat. Apakah Tuan mau mencicipinya?” ucapnya, menyodorkan segentong anggur yang memang sengaja dibawa dari kapal untuk penukar bahan makanan. Penuh suka raksasa itu menerima tawaran itu. Lalu diminumnya segayung anggur. Lalu, lagi, lagi. Anggur itu akhirnya habis. Si Raksasa mabuk lalu tidur.
Melihat itu, Odisus cepat memerintahkan orang-orangnya agar mengikat diri mereka di perut sapi-sapi milik raksasa itu. Setelah itu didekatinya si Raksasa. Dihunjamkannya tombak ke matanya.
Raksasa itu menggerung kesakitan. Menggeram marah ia berdiri untuk membalas pada orang yang telah menyakiti dirinya. Namun, karena sudah buta, ia berjalan dengan meraba-raba. Ia tidak bisa menemukan orang-orang itu, sebab mereka sudah mengikat diri di perut sapi-sapi itu. Penuh kesal dipukulnya sapi-sapinya. Sapi-sapi itu kesakitan. Mereka berlarian keluar gua.
Merasa telah berada jauh dari gua si Raksasa, Odisus dan orang-orangnnya melepaskan diri dari sapi-sapi itu. Dengan membawa sapi-sapi itu mereka lalu kembali ke kapal. Sapi-sapi itu akan mereka manfaatkan untuk makanan mereka selama di perjalanan.

No comments:

Post a Comment