ISTANA LALAT
Oleh Endang Firdaus
Suatu ketika, seekor lalat membangun sebuah istana di tepi hutan. Istana itu sangat indah. Melompat-lompat penuh riang, seekor kutu mendatangi istana itu. Diketuknya pintu.
“Siapa yang tinggal di istana ini?”
“Aku Lalat. Kau siapa?”
“Aku Kutu.”
“Tinggallah denganku!”
“Ya, ya!”
Seekor tikus mendatangi istana itu. Diketuknya pintu.
“Siapa yang tinggal di istana ini?”
“Aku Lalat.”
“Aku Kutu. Kau siapa?”
“Aku Tikus.”
“Tinggallah dengan kami!”
Melompat-lompat seekor katak mendatangi istana itu. Diketuknya pintu.
“Siapa yang tinggal di istana ini?”
“Aku Lalat.”
“Aku Kutu.”
“Dan aku Tikus. Kau siapa?”
“Aku Katak.”
“Tinggallah dengan kami!”
Seekor kelinci mendatangi istana itu. Diketuknya pintu.
“Siapa yang tinggal di istana ini?”
“Aku Lalat.”
“Aku Kutu.”
“Aku Tikus.”
“Dan aku Katak. Kau siapa?”
“Aku Kelinci.”
“Tinggallah dengan kami!”
Seekor serigala berlari-lari mendatangi istana itu. Diketuknya pintu.
“Siapa yang tinggal di istana ini?”
“Aku Lalat.”
“Aku Kutu.”
“Aku Tikus.”
“Aku Katak.”
“Dan aku Kelinci. Kau siapa?”
“Aku Serigala.”
“Tinggallah dengan kami!”
Seekor rubah mendatangi istana itu. Diketuknya pintu.
“Siapa yang tinggal di istana ini?”
“Aku Lalat.”
“Aku Kutu.”
“Aku Tikus.”
“Aku Katak.”
“Aku Kelinci.”
“Aku Serigala. Kau siapa?”
“Aku Rubah.”
“Tinggallah dengan kami!”
Maka, penuh bahagia, binatang-binatang itu tinggal di istana itu. Seekor beruang besar kemudian datang ke istana itu. Serunya, “Hei, siapa yang tinggal di istana indah ini?”
“Aku Lalat.”
“Aku Kutu.”
“Aku Tikus.”
“Aku Katak.”
“Aku Kelinci.”
“Aku Serigala.”
“Aku Rubah. Kau siapa?”
“Aku Beruang.”
“Tinggallah dengan kami!”
Beruang mencoba masuk ke dalam istana itu, namun tubuhnya yang besar tak bisa masuk.
“Aku akan tinggal di atap saja.”
“Jangan! Nanti istana ini bisa hancur!”
“Tidak akan!”
Beruang duduk di atap.
Brak!
Istana itu hancur!
Binatang-binatang itu kaget sekali. Pontang-panting, mereka masuk ke dalam hutan.
No comments:
Post a Comment