Friday, November 7, 2014

Dongeng dari Jawa Barat

BANTENG PUTIH RAKSASA

Oleh Endang Firdaus

Yang bisa menangkap banteng putih raksasa hidup atau mati, jika laki-laki akan dijadikan pewaris kerajaan, jika perempuan akan dijadikan istri kedua. Begitu pengumuman yang dibuat Raja Munding Kaling Puspa. Pengumuman itu ditempel di tempat-tempat strategis di Kerajaan Kutawaringin, bahkan sampai di kerajaan-kerajaan lain.
Kerajaan Kutawaringin subur, makmur, aman, dan memiliki raja yang dan gagah perkasa. Raja Munding Kaling Puspa memiliki permaisuri yang sangat jelita. Ratu Nimbang Waringin namanya yang mendapat julurkan Kembang Kutawaringin. Namun, ia memiliki sifat buruk, suka menghina dan amat pencemburu. Ia juga suka ikut campur urusan kenegaraan. Akibat itu perbawa Kerajaan Kutawaringin kian surut. Perampokan dan kejahatan terjadi di mana-mana. Para dewa memberi tahu, jika ingin pulih harus bisa menangkap banteng putih raksasa.
Ratu Sumur Bandung, Ratu Kerajaan Bintung Wulung, memutuskan untuk ikut menangkap banteng putih raksasa. Ia lalu memanggil dua adik laki-lakinya, Jayamanggala dan Ranggawayang. Ucapnya, “Adik-adikku, aku ingin membantu Kutawaringin.”
“Tapi Ratu Nimbang Waringin memberi tambahan pengumuman itu bahwa perempuan tak boleh ikut,” tukas Ranggawayang.
“Sekarang kita menangkap banteng putih itu dulu. Setelah itu baru kita pikirkan bagaimana aku menyamar,” ujar Ratu Sumur Bandung.
Ratu Sumur Bandung, Jayamanggala, dan Ranggawayang pergi ke hutan. Hutan itu amat seram, penuh pohon-pohon besar. Mereka mencari banteng putih raksasa dan berhasil menemukan.
Tak mudah menangkap binatang itu. Terjadi perkelahian hebat dan lama. Akhirnya mereka dapat menaklukkan banteng putih raksasa itu. Menyamar sebagai laki-laki, Ratu Sumur Bandung pergi ke Kutawaringin. Raja Munding Kaling Puspa gembira melihat itu. Diamatinya banteng itu. Namun, Ratu Nimbang Waringin malah mengamati penangkap banteng itu.
Sebagai perempuan, Ratu Nimbang Waringin tak mudah dikecoh dengan penampilan seseorang. Lalu, dengan gerakan sangat cepat, ia menarik kumis penangkap banteng itu. Raja terkejut mengetahui penangkap banteng itu seorang perempuan yang sangat jelita.
Ratu Nimbang Waringin menyerang Ratu Sumur Bandung. Mereka bertempur hebat. Pembantu Raja Kutawaringin lalu ikut bertempur membantu Ratu Nimbang Waringin. Melihat itu Jayamanggala dan Ranggawayang tak tinggal diam. Akhirnya hampir semua orang di Kutawaringin ikut pertempuran itu. Ratu Sumur Bandung kemudian melesat terbang ke angkasa, untuk menemui para dewa di Kayangan. Ratu Nimbang Waringin menyusul. Tiba di Kayangan, mereka bertemu Dewa Ambu. Berkata Dewa Ambu, “Cucu-cucuku, kenapa kalian berkelahi? Kalian telah salah paham. Sumur Bandung bermaksud membantu Kutawaringin. Ia menyamar untuk menghindari timbulnya perasaan cemburu Nimbang Waringin. Nimbang Waringin hilangkan sifat dengki dan cemburumu. Kalian itu saudara sepupu.”
Ratu Nimbang Waringin dan Ratu Sumur Bandung cepat kembali ke bumi. Mereka melerai pertempuran. Akhirnya, Kutawaringin dan Bintung Wulung hidup rukun, makmur, dan sejahtera.

No comments:

Post a Comment